728X90 AdSpace

News Ticker

Latest Posts

The Traditional Game from Indonesia

- Sabtu, 04 Juni 2016 No Comments


Arofatul Ulya

There is still adept at play? Or has not been altogether?

Dakon is the traditional game from Indonesia. The rule is played by two people. Between the first and the second, have each paddy (big holes) on the opposite side. Groove between the first and second players are also opposite. The first and second players to fill the holes that exist with kecik hers, except for the fields (turf opponent). Every hole is filled with 7 pieces kecik. The fill can also be replaced with small pebbles. Quite simply, the winner of the game is determined by who has kecik / gravel at most in his territory.



The game is identical to the girls. Formerly, Dakon made of wood and some even make it directly on the ground. Along with the development of technology, Dakon is made of plastic that is easy to carry anywhere. However, because of the technology as well which is a traditional toy Dakon displaced by modern toys, games online and etc. is there any online Dakon?

The Old Library

- No Comments

Arofatul Ulya
 
Yayasan Perpustakaan Islam or Islamic Library Foundation Kudus. Located at St. Simpang Tujuh number 3 Kudus. This place was built on 1975, donate by H. Ma’ruf Nawawi’s grandfather, owner of PR. Jambu Bol. This library was very popular around 1980. Actually this building is house before became a library. Because of that, land near the house built in two rooms. In the south side is for meeting of library manager, and in the north side is for lending book. The main house is place for read and book case. 




The existence of libraries displaced by advanced technologies such as mobile phones, internet, and smartphones. In recent years, the number of end only about 10 to 15 people, but at first could reach 20 to 25 people every day. Low enthusiasts, making it look alarming library with many books were lost and abandoned. Until now, there has been no attention from the government or donors to repair and function as a previous library. 






In fact, when viewed from the cultural aspect, the library also needs to be preserved because the building is a classic and historic. Although the library near from central city, it also has cool weather. That why this old library became my favorite place. I think that when the governments or donor have attention for this, the classic building will be saved and became library museum


Kreativitas Wujud Cinta Lingkungan

- Minggu, 31 Januari 2016 No Comments



Indonesia merupakan Negara penyumbang sampah terbesar di dunia setelah Tiongkok. Melihat kenyataan itu, Sri Setuni warga desa Jati Kulon, RT 03 RW II kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, merasa tergugah untuk memberdayakan sampah yang menumpuk di sungai di daerahnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sampah plastik menyebabkan pencemaran lingkungan karena sulit diurai. Melalui siaran televisi, Sri terinspirasi untuk membuat kreasi dari sampah plastik menjadi hal yang lebih berguna. “Kemauan mengolah sampah kembali pada kesadaran diri masing-masing. Kalau kita mau, kita bisa memulainya dari sesuatu yang sederhana. Seperti di lingkungan rumah,” kata Sri.

Rupanya, niat mulia Sri bersambut baik dengan informasi dari seorang teman bahwa di perumahan Muria Indah Kudus terdapat perkumpulan ibu-ibu PKK yang memberdayakan sampah plastik. Di sana, Sri belajar cara mengelola dan mengkreasikan sampah. Sri menularkan ilmu yang didapat kepada ibu-ibu PKK di lingkungan rumah dan warga sekitar lainnya. Namun, hal paling sulit ialah permulaannya. Melalui sosialisasi yang dilakukan, tidak ada satupun warga yang berminat untuk memberdayakan sampah, kala itu. Tak menyerah, Sri mendatangi rumah warga satu demi satu untuk mengutarakan maksud memberdayakan sampah bersama sama. Akhirnya bersama Lasminingsih dan Sayyidatun, Sri mulai mengelola sampah yang berada di sekitarnya. Pada tahun 2014, dengan dukungan pemerintah setempat mereka mendirikan Bank Sampah Jati Asri.

Mutu dan Kualitas Menjadi Prioritas

Bank Sampah tersebut mengelola beragam sampah plastik. Mulai dari bungkus detergen, pembersih lantai, minuman instan, hingga gelas plastik. Sampah-sampah yang berasal dari warga sekitar atau warga desa lainnya dipilah berdasarkan motif dan ukurannya. Selanjutnya dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian dipotong sesuai ukuran yang diinginkan. Karena masih menggunakan sistem bagi hasil, biasanya warga yang menyetor limbah plastik ke Bank Sampah akan mendapatkan imbalan dalam kurun waktu satu tahun.

Kreatifitas muncul ketika tahap merangkai dimulai. Dibutuhkan ketelitian agar motif dalam satu buah produk bisa sama dan kesabaran dalam merangkai satu per satu sampah plastik menjadi sebuah tas cantik. Belum selesai di situ, karena hasil rangkaian yang sudah jadi harus diikat dengan benang agar kokoh. “Kenapa benang nilon yang dipakai, sebab nilon mempunyai serat yang kuat dan tidak kaku,” tutur Sri.

Kerja keras akhirnya terbayar ketika masyarakat mengapresiasi hasil karya mereka. Pameran dari dalam kota maupun luar kota telah mereka ikuti. Sistem pemasaran online membuat pelanggan tidak hanya datang dari dalam kota. Namun hingga luar kota seperti Surabaya dan Batam, bahkan ada yang dari negeri Belanda. Produk yang dihasilkan bermacam macam, mulai dari tas pesta, tas sekolah, tas jinjing, kotak pensil, sampai kotak tisu dan bros. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai Rp. 3000,00 hingga Rp. 200.000,00 tergantung besar kecilnya barang dan tingkat kerumitannya. Hasil kreasi yang artistik membuat mereka diminta untuk menularkan ilmu ke desa-desa sekitar seperti Loram Wetan, Pasuruan, Nganguk, Ploso, serta Getas Pejaten. Bahkan hingga ke kota Rembang.

Kendala dan Tantangan

Produk yang banyak diminati konsumen ini tidak menjamin bahwa pemberdayaan sampah lancar-lancar saja. Minimnya kesadaran warga akan kebersihan lingkungan, utamanya sungai, pun karena banyak yang menilai bahwa berkreasi sampah hanya membuang waktu dan tidak menguntungkan, membuat Bank Sampah Jati Asri ini kekurangan SDM.

“Sampai sekarang total yang bergabung dalam Bank Sampah ini sekitar 5 orang,” katanya sembari tersenyum. Selain itu, perkembangan Bank Sampah Jati Asri yang cenderung lambat juga dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah daerah terutama dari segi finansial.

Namun di atas itu semua, Sri Setuni, Lasminingsih, dan Sayyidatun tetap akan memberdayakan sampah menjadi barang yang berguna dan bernilai tinggi. Misalnya, pesanan dengan motif yang rumit dari luar kota membuat mereka tertantang untuk terus menciptakan motif motif baru yang diminati.


Akulah Si Gadis Peminta Minta

- Minggu, 03 Januari 2016 No Comments





Pada kaleng kecil yang terbuang



Meneriakkan bunyi kelontang



 Memekakkan telinga di tengah bisingnya jalanan metropolitan



Atau, megapolitan? Entah.



Akulah perlambangan kaum buruh, petani, nelayan, tukang batu, tukang kubur,



Berikut tukang tukang yang lainnya



Reformasi yang didengung dengungkan



Tak berguna!



Yang kecil tetaplah kecil



Tak ada keadilan di sana

Terik

- No Comments


Sepadan dengan teriknya sang surya



Baju lusuh, kumal,



Menjadi gebalau kacau di alam fikirku



Inikah hidup?



Tak bolehkah kita benci yang telah menjadi suratan?



Sementara sejak lahir hingga kini di jalanan



Harus mengadu ke mana aku?