728X90 AdSpace

News Ticker

Kreativitas Wujud Cinta Lingkungan

By Tentang Kursus - Minggu, 31 Januari 2016 No Comments



Indonesia merupakan Negara penyumbang sampah terbesar di dunia setelah Tiongkok. Melihat kenyataan itu, Sri Setuni warga desa Jati Kulon, RT 03 RW II kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, merasa tergugah untuk memberdayakan sampah yang menumpuk di sungai di daerahnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sampah plastik menyebabkan pencemaran lingkungan karena sulit diurai. Melalui siaran televisi, Sri terinspirasi untuk membuat kreasi dari sampah plastik menjadi hal yang lebih berguna. “Kemauan mengolah sampah kembali pada kesadaran diri masing-masing. Kalau kita mau, kita bisa memulainya dari sesuatu yang sederhana. Seperti di lingkungan rumah,” kata Sri.

Rupanya, niat mulia Sri bersambut baik dengan informasi dari seorang teman bahwa di perumahan Muria Indah Kudus terdapat perkumpulan ibu-ibu PKK yang memberdayakan sampah plastik. Di sana, Sri belajar cara mengelola dan mengkreasikan sampah. Sri menularkan ilmu yang didapat kepada ibu-ibu PKK di lingkungan rumah dan warga sekitar lainnya. Namun, hal paling sulit ialah permulaannya. Melalui sosialisasi yang dilakukan, tidak ada satupun warga yang berminat untuk memberdayakan sampah, kala itu. Tak menyerah, Sri mendatangi rumah warga satu demi satu untuk mengutarakan maksud memberdayakan sampah bersama sama. Akhirnya bersama Lasminingsih dan Sayyidatun, Sri mulai mengelola sampah yang berada di sekitarnya. Pada tahun 2014, dengan dukungan pemerintah setempat mereka mendirikan Bank Sampah Jati Asri.

Mutu dan Kualitas Menjadi Prioritas

Bank Sampah tersebut mengelola beragam sampah plastik. Mulai dari bungkus detergen, pembersih lantai, minuman instan, hingga gelas plastik. Sampah-sampah yang berasal dari warga sekitar atau warga desa lainnya dipilah berdasarkan motif dan ukurannya. Selanjutnya dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian dipotong sesuai ukuran yang diinginkan. Karena masih menggunakan sistem bagi hasil, biasanya warga yang menyetor limbah plastik ke Bank Sampah akan mendapatkan imbalan dalam kurun waktu satu tahun.

Kreatifitas muncul ketika tahap merangkai dimulai. Dibutuhkan ketelitian agar motif dalam satu buah produk bisa sama dan kesabaran dalam merangkai satu per satu sampah plastik menjadi sebuah tas cantik. Belum selesai di situ, karena hasil rangkaian yang sudah jadi harus diikat dengan benang agar kokoh. “Kenapa benang nilon yang dipakai, sebab nilon mempunyai serat yang kuat dan tidak kaku,” tutur Sri.

Kerja keras akhirnya terbayar ketika masyarakat mengapresiasi hasil karya mereka. Pameran dari dalam kota maupun luar kota telah mereka ikuti. Sistem pemasaran online membuat pelanggan tidak hanya datang dari dalam kota. Namun hingga luar kota seperti Surabaya dan Batam, bahkan ada yang dari negeri Belanda. Produk yang dihasilkan bermacam macam, mulai dari tas pesta, tas sekolah, tas jinjing, kotak pensil, sampai kotak tisu dan bros. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai Rp. 3000,00 hingga Rp. 200.000,00 tergantung besar kecilnya barang dan tingkat kerumitannya. Hasil kreasi yang artistik membuat mereka diminta untuk menularkan ilmu ke desa-desa sekitar seperti Loram Wetan, Pasuruan, Nganguk, Ploso, serta Getas Pejaten. Bahkan hingga ke kota Rembang.

Kendala dan Tantangan

Produk yang banyak diminati konsumen ini tidak menjamin bahwa pemberdayaan sampah lancar-lancar saja. Minimnya kesadaran warga akan kebersihan lingkungan, utamanya sungai, pun karena banyak yang menilai bahwa berkreasi sampah hanya membuang waktu dan tidak menguntungkan, membuat Bank Sampah Jati Asri ini kekurangan SDM.

“Sampai sekarang total yang bergabung dalam Bank Sampah ini sekitar 5 orang,” katanya sembari tersenyum. Selain itu, perkembangan Bank Sampah Jati Asri yang cenderung lambat juga dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah daerah terutama dari segi finansial.

Namun di atas itu semua, Sri Setuni, Lasminingsih, dan Sayyidatun tetap akan memberdayakan sampah menjadi barang yang berguna dan bernilai tinggi. Misalnya, pesanan dengan motif yang rumit dari luar kota membuat mereka tertantang untuk terus menciptakan motif motif baru yang diminati.


No Comment to " Kreativitas Wujud Cinta Lingkungan "