728X90 AdSpace

News Ticker

Istana Megah, Kala Itu

By Tentang Kursus - Rabu, 27 Mei 2015 No Comments



Histori Istana Pembesar Rokok Kretek


        Siapa yang tak kagum melihat “Rumah Kembar”? Rumah ini terletak di sebelah barat alun-alun kota Kudus. Tepatnya, mengapit Kali Gelis. Berikut liputan kami bersama Bapak Suyanto, BA selaku kepala pengelola Museum Kretek dan Bapak Drs. Sutiyono, M.Pd. selaku Kabid Sejarah dan Purbakala DISBUDPAR Kab. Kudus seputar Nitisemito dan Rumah Kembarnya.


"Misalnya hiasan dinding yang berbentuk bulatan 3, terbuat dari keramik, pelindung kabel listrik dari pipa besi, engsel pintu utama berbentuk kupu-kupu. Rumah ini bergaya Eropa, dengan lantai keramik impor yang sangat halus."


    Nitisemito, merupakan pribumi terkaya di Indonesia pada awal abad ke-20. Sejak berumur 16 tahun, Nitisemito telah menampakkan jiwa kewirausahaannya. Ia merantau ke Malang dan menjadi buruh jahit. Sepulang dari Malang, Nitisemito memulai usaha dengan menjual minyak kelapa. Beliau pun pernah menjadi kusir dokar. Di sela-sela waktu istirahatnya, Nitisemito pergi ke warung tembakau milik Mbok Nasilah untuk nginang. Kebiasaan nginang yang sering dilakukan para kusir dokar tersebut mengakibatkan warung Mbok Nasilah menjadi kotor. Kemudian, Mbok Nasilah berinisiatif untuk membuat rokok dengan menambahkan cengkeh dan tembakau. Campuran ini dibungkus dengan klobot (kulit jagung) dan diikat dengan benang. Rokok ini disukai oleh para kusir dokar dan pedagang keliling. Seiring berjalannya waktu, Nitisemito jatuh cinta dan memperistri Mbok Nasilah.



    Pada tahun 1906, Nitisemito bersama istrinya mulai membuka sebuah usaha rokok kecil-kecilan. Pada tahun 1908, usaha rokok produksinya semakin menggeliat dan beliau meminta izin sertifikasi kepada pemerintah Belanda kala itu. Nitisemito mulai meraih kesuksesannya pada tahun 1920. Meskipun ia buta huruf, namun Nitisemito merupakan orang yang cerdas. Pada tahun 1938 dia membangun sebuah pabrik yang mampu menampung 15.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok per hari. Untuk mengembangkan usahanya, ia sengaja menyewa tenaga pembukuan asal Belanda. Pasaran produknya pun cukup luas, diantaranya: Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan bahkan ke Negeri Belanda. Pada tahun 1930-an, Nitisemito pernah memasarkan produknya dengan menyewa pesawat terbang Fokker seharga 200 gulden untuk mempromosikan rokoknya ke Bandung dan Jakarta, jumlah yang besar pada saat itu.



    Pada tahun 1942, usahanya mulai mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan semua bahan baku pembuatan rokok disita oleh pemerintah Jepang. Dan seluruh asetnya disita untuk keperluan angkatan Jepang. Akhirnya pada tahun 1943 usaha Nitisemito mengalami kebangkrutan.



    Beberapa di antara bangunan milik Nitisemito yang masih bertahan sampai sekarang adalah rumah kembar yang beraksen kolonial serta sebuah pabrik rokok. Bangunan inilah yang menjadi saksi bisu kejayaan usaha rokok Nitisemito yang bernama “Rokok Bal Tiga”. Bahkan, di atap Rumah Kembar terdapat simbol “Rokok Bal Tiga” yang menandakan bahwa pemilik rumah itu merupakan penguasa industri rokok terkaya se-Indonesia pada abad ke-20.



    Nitisemito membangun rumah kembar tersebut sebagai hadiah pernikahan kedua putrinya. Sebelah timur untuk Nahari dan sebelah barat untuk Nafi’ah. Rumah kembar telah masuk ke dalam benda cagar budaya di Balai Pelestarian Jawa Tengah yang berkantor di Prambanan, bernama BPCB. rumah kembar bernomor registrasi 988/12.SP/.3/P/.IX/2005. Rumah tersebut memang boleh dipindahtangankan (dijual) namun dengan syarat tidak merubah bentuk apapun yang ada di dalam rumah itu. Rumah kembar ini memiliki bentuk yang unik dengan ketinggian yang menjulang, meskipun bukan rumah bertingkat. Rumah ini tergolong mewah pada zamannya. Arsitekturnya detail dengan sentuhan nilai-nilai seni yang tinggi. Misalnya hiasan dinding yang berbentuk bulatan 3, terbuat dari keramik, pelindung kabel listrik dari pipa besi, engsel pintu utama berbentuk kupu-kupu. Rumah ini bergaya Eropa, dengan lantai keramik impor yang sangat halus. Sebelumnya rumah ini pernah menggunakan uang logam sebagai lantainya, namun di tengah penggarapan yang baru setengah jalan pemerintah melarangnya. Maka lantai dari uang logam tersebut diganti dengan keramik impor. Rumah ini bertembok sangat tebal dengan pintu dan jendela besar serta memiliki kusen jati yang cukup tebal. Rumah ini terdiri dari empat bagian.


     Bagian pertama, bagian ini hanya boleh ditempati oleh keluarga dan kerabat dekat Nitisemito. Bagian tersebut tidak boleh ditempati oleh khalayak umum. Bagian kedua merupakan bagian yang menjorok ke depan atau teras, fungsinya untuk menerima tamu yang bersifat umum. Bagian ketiga terdapat di sebelah kanan-belakang, berfungsi sebagai garasi dan ruang tamu khusus yang bersifat pribadi. Bagian keempat, berada di sebelah kiri rumah, terdapat bangunan panjang dan luas, sebagai paviliun. Pada paviliun terdapat dapur dan ruangan lebar yang konon digunakan untuk acara pesta.


     Rumah kembar memiliki peran penting dalam perkembangan industri kretek tanah air sebagai bukti adanya seorang pribumi yang maju melampaui zamannya. Apabila dikembangkan, Rumah Kembar itu bukan tidak mungkin bisa dijadikan objek wisata bersejarah yang berpotensi untuk memajukan sektor pariwisata kota Kudus.



Dikutip dari berbagai sumber

No Comment to " Istana Megah, Kala Itu "