Cerpen buah karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin (N. H.
Dini) ini menceritakan kehidupan seorang gadis bernama Prita. Namanya diambil
dari nama ibu dari para Pandawa, menurut keterangan dari cerpen ini. Menjelang
umur empat belas tahun, Prita menderita penyakit malariatropika. Suatu penyakit
yang dapat menggerakkan otot dan urat syarafnya tanpa impuls dari otak
sadarnya.
Dibesarkan oleh keluarga dalang, membuat Prita akrab dengan
tokoh-tokoh wayang. Setelah dikeluarkan dari sekolah karena penyakitnya, dia
selalu bermain-main dengan tokoh wayang, Jatayu si raja garuda. Dalam cerita di
pewayangan, Jatayu dikalahkan oleh Rahwana ketika hendak menyelamatkan Sinta.
Sejak kecil Prita bercita-cita menjadi penerbang. Kepada
Jatayu pula mimpi itu hendak diwujudkan. Ketika bapaknya akan menjual
seperangkat wayangnya untuk membayar gadaina, Prita teguh pada pendirian
mempertahankan Jatayunya. Alhasil, seperangkat wayang tersebut terjual tanpa
Jatayu di dalamnya.
Suatu sore, ketika di rumahnya sedang kedatangan tamu
seorang kenalan bapaknya, yang datang berkunjung ke rumahnya. Prita tertarik
dengan kendaraan tamu itu. Skuter namanya. Dengan keberanian yang utuh, Prita
menaiki skuter tersebut dan berkhayal menjadi penerbang.
“segala waktu sudah
diisi dengan mimpi yang tak juga berubah : dia mau terbang. Dan terbang kali
ini adalah dengan sekuter, dengan benda yang punya deru seperti kapal terbang
bagi telinganya.”
Namun malang, di tengah luapan bahagianya merentangkan tangan menjadi seorang penerbang, Prita hilang keseimbangan dan terjatuh hingga malaikat maut menjemputnya.
Berdasarkan gaya bahasanya, penulis menciptakan cerpen ini
dalam kurun tahun 1980an. Apa inti dari cerita ini? Tuhan bisa saja memberi
satu kebahagiaan sebelum makhlukNya kembali. Akan tetapi, kebahagiaan sebelum
kembali ke pangkuan Tuhan tidak dapat dijelaskan secara logika gamblang, karena
tindakan Tuhan adalah kuasaNya. Apapun yang terjadi, itu kehendaknya.
Sebagaimana Prita yang menderita malariatropika, bisa berkhayal terbang bahagia
dengan skuter yang ditumpanginya.
Salah satu bagian terpenting dari kuasa Tuhan adalah percaya
(iman) pada takdir. Kepercayaan tidak dapat dijabarkan secara rasional dengan
fakta-fakta yang diterima logika semata. Seperti agama yang diyakini dengan
hati serta tidak untuk diskusi.
Ulya Narissa
-
Prevoius
-
NextYou are viewing Last Post
No Comment to " Si Raja Garuda "