Ulya Narissa
Dilahirkan di Solo tahun 1930, Hartojo belajar di HGS
(Hollandsch Godsdient School) Al-Islam Solo. Kemudian pada zaman Jepang dia
melanjutkan ke Muallimien Muhammadiyah Solo (selanjutnya bernama Guru
Muhammadiyah).
Hartojo mengajar di berbagai sekolah menengah swasta di Solo
(1953-1956). Mengajar di SMP Negeri Simpangempat, Sumatra Barat (1957-1962).
Guru honorer pada SMA Negeri di tempat itu pula. Hartojo juga menjadi pegawai
pada C.V. “Bogasari”, Solo sejak tahun 1966.
Menulis sajak pada zaman Jepang, mulanya terpengaruh oleh
Chairil Anwar, namun kemudian mendapatkan kekhasannya sendiri.
Dalam salah satu suratnya ia menulis : “dalam hal ini
Chairil bersifat materialistis yang sekasar-kasarnya. Yang menarik saya
hanyalah bentuknya atau yang mengenai tekniknya saja. Dalam hal isi, fondamen
jiwa saya tetap bertentangan dengan Chairil. Saya masih terlalu menghargai
tata-tertib, hukum dan dogma.”
Hartojo menulis sajak-sajak dalam Arena, Pantja Radja,
Kisah, Sastra, Horison, dan lain sebagainya. Beberapa sajaknya dimuat dalam
Manifestasi (Tintamas, 1963), bungarampai penyair Islam yang disusun oleh M.
Saribi Afn. Salah satu karyanya :
PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA
Hartojo Andangdjaja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka
di atas roda-roda baja mereka berkendara
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Hartojo Andangdjaja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka
di atas roda-roda baja mereka berkendara
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Dalam
menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk
mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda
dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Dalam
menghadapi tema sosial atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan
pengemis atau orang gelandangan, tetapi berbeda dengan puisi Hartojo Andangdjaja
ini yang lebih menampilkan sisi kemanusiaan dari perempuan-perempuan yang dalam
hal ini merupakan ibu-ibu perkasa yang berjuang menghidupi keluarganya atau pun
orang-orang dengan berjualan di pasar dengan penuh perjuangan. Perasaan penyair
ini erat hubungannya dengan tema yang hendak disampaikan. Dengan begitu sikap
penyair yang melibatkan sisi kemanusiaan atau pekanya penyair terhadap
kemanusiaan akan menghasilkan tema tentang kemanusiaan.
No Comment to " Kisah Perempuan Perkasa oleh Hartojo "